"Kak Pah, boleh tolong dak? Ada perempuan ni, anak 9, suami lari. 5 orang duk sekolah lagi. Pi sekolah pun jalan kaki. Tak dak apa nak makan ni .. saya memutuskan untuk mengunjungi pada petang itu juga. Sampai di lokasi, rumah murah dan wanita itu berjiran dengan jiran bukan Melayu. Sebaik pintu rumah dibuka apa yang saya lihat ialah....
********************************
" Bila kita nak pi? "Soal saya.
"Kami ikut Kak Pah," katanya.
"Esoklah, dah lewat ni,"
"Oke, besok kita pi,"
"Eh, tapi esok cuti. Public Holiday? "
" Tak apa, tak ada masalah. Kami bisa turun, "katanya.
Melihat kesungguhan Ustaz Sani dan timnya yang sanggup turun meskipun libur, saya memutuskan untuk mengunjungi pada sore itu juga. Sampai di lokasi, rumah murah dan wanita itu bertetangga dengan tetangga bukan Melayu.
"Saya khawatir akidah dia tergelincir karena katanya tetangga inilah yang banyak menolong dia," kata Ustaz Sani.
Begitu pintu rumah dibuka, berdiri di hadapan saya seorang wanita yang pernah saya bantu tiga tahun lalu. Wanita itu yang dulunya tinggal di dalam hutan, memasak menggunakan kompor kayu, rupanya telah pindah ke sini.
Dia datang bertemu dengan Ustaz Hamdi, menangis menceritakan kesempitan hidupnya. Mereka terputus pasokan makanan, suami menghilang entah ke mana, seorang anak lelakinya juga sakit dan tidak mampu ke rumah sakit dan lima anaknya ke sekolah berjalan kaki tanpa uang saku.
"Saya ada kutip kontribusi dari staff saya. Kami ke Tesco beli barang dapur kemarin. Teringin nak beli ayam tapi takut dia tak ada kulkas, "jelas Ustaz Hamdi.
Ustaz Sani menunduk menatap lantai. Saya tersenyum mendengar penjelasan Ustaz Hamdi.
"Saya mai lagi pagi tadi, kirim duit pula. Saya tidur tak nyenyak semalam duk pikir kat depa. Megi sebungkus share lima orang. Nasib baik saya dah kirim barang dapur semalam.
"Pagi tadi, kakak sulung budak-budak ini buat nasi goreng kat adik-adik untuk sarapan dan berikan ke sekolah,"
Saya biarkan Ustaz Hamdi yang sudah berusia 50'an itu melanjutkan cerita. Dalam hati, rasa simpatik dan terharu yang amat-amat memlihat kesungguhan dia berusaha membantu keluarga ini.
Dan wanita itu? Dengan wajah bersahaja, diam terpaku di sisi saya.
"Dia datang office saya untuk meminta bantuan dengan berjalan kaki Kak Pah. Nasib baik ada anak muda mana tak tahu tumpangkan dia. Budak itu lalu dengan motor, nampak dia jalan kaki. Budak itu tumpangkan dia laa. Baru hari ini dia start mengasuh baby orang. Nanti dapatlah duit barang dapur, "kata Ustaz Hamdi.
Saya pandang wajah wanita itu. Saya telah membantu wanita itu bukan sedikit. Memindahkan dia dari hutan itu, mencarikan dia rumah sewa di daerah desa, membayar deposit sewa rumah, membeli semua barang kebutuhan rumah seperti kulkas, dapur, tong gas dan lain-lain.
Dengan bantuan adik-adik relawan, kami dapatkan pekerjaan untuk dia. Bahkan saya bantu dia mendapatkan uang subsisten dari Lembaga Zakat Negeri Kedah.
motornya yang tersadai di kantor polisi, saya minta adik-adik relawan usahakan untuk mendapatkan kembali bagi tujuan memudahkan dia ke tempat kerja.
Tapi hampa. Dia selalu tuang kerja padahal tugasnya sebagai cleaner surau di sebuah sekolah tidaklah seberat mana. Tak sampai dua minggu, dia berhenti kerja.
Suaminya, saya sudah berkira akan belikan gerai burger, bahkan sudah ada alokasi untuk itu. Tapi tiba-tiba dia beritahu akan berhijrah ke Kuala Lumpur disebut kerja di sana lebih lumayan.
Saya bersungguh-sungguh ingin membantu keluarga ini membangun hidup baru meskipun tahu suaminya mantan narapidana di bawah Akta Dadah Berbahaya, demi simpati pada anak -anaknya yang masih kecil.
"Fuzah, anak mana yang mana sekolah Fuzah?"
"Mirul dah berhenti sekolah, tiga tahun. Alia dah diberi pada orang. Yang dua ini belum sekolah pun. Fuzah tak ada anak yang sekolah pun, "katanya.
Tercengang Ustaz Hamdi yang sudah empat kali bolak balik ke rumahnya untuk mengirim segala macam barang kebutuhan sejak mengetahui tentang kesempatiannya semalam.
Ya benar, dia ada 9 anak tetapi 5 sudah diserahkan kepada keluarga angkat. Yang tinggal dengan dia cuma 4 orang saja. Benar suaminya tidak ada tetapi akan pulang sesekali.
Setelah dia berhenti kerja, ada beberapa kali dia mencoba menghubungi saya, terputus pasokan makanan katanya. Mengenangkan anak-anaknya, saya tetap mengirim pasokan makanan.
Suatu hari dia menghubungi saya menginformasikan pasokan makanan mereka terputus lagi. Kali ini saya minta bantuan adik-adik relawan yang kirim dan di situlah segalanya terbongkar.
Mereka mulai melacak informasi dia berdasarkan nomor teleponnya. Itu keahlian anak-anak muda masa kini.
"Kak Pah, kami ada benda nak beritahu tapi kami takut Kak Pah terkejut dan sedih," kata adik-adik relawan dalam WhatsApp.
"Apa dia? Cakaplah, "balas saya.
Berdesup-desup gambar-gambar yang saya terima di WhatsApp. Gambar-gambar seksi dia, ada yang hanya memakai baju dalam, berskirt pendek sebatas paha dan lain-lain. Aksi seksi wanita berusia 39 tahun ini yang dipamerkan ke khalayak ramai.
"Abang ada arai, adik rela barai .."
Itu antara status FB dengan nama samarannya. Saya benar-benar tak mengerti maksud ayat itu.
"Abang ada arai .." mungkin maksudnya abang ada hai (hal).
"Adik rela barai .." barai itu merajuk pada suami agaknya.
Sampai saya post ayat itu di Facebook untuk menanyakan maksudnya. Ternyata 'Arai' itu adalah merek helm sepeda motor berkuasa tinggi. Lalu saya pun fahamlah maksud ayat itu.
Sejak dari itu, saya tidak lagi membantu dia meskipun dia pesan saya dengan ayat diduga ingin bunuh diri karena tak tahan hidup susah.
Dan kini terbongkar lagi, bayi yang dikatakan mengasuh anak orang itu adalah cucunya sendiri. Pria yang disebut menumpangkan dia dengan sepeda motor itu pula adalah anak bujangnya sendiri.
Sedih sungguh melihat Ustaz Hamdi yang begitu terkejut karena ditipu begitu sekali. Sebak dia menuturkan ayat, menyarankan wanita ini agar bertobat.
"Solatlahhh …."
Sayu sekali nada Ustaz Hamdi tampaknya membujuk seorang anak kecil. Air mata lelakinya bergenang di kelopak mata sedangkan wajah wanita itu sedikit pun tidak ada rasa bersalah. Jauh sekali reaksi sedih di wajahnya.
"Sampai hati Fuzah buat macam ini. Kalau Fuzah tipu Kak Pah, tak apa lagi. Tapi sampai hati Fuzah tipu Ustaz Hamdi. Dia ustaz, dia bersungguh-sungguh simpati dan ingin membantu Fuzah, "kata saya padanya.
Dari insiden seperti itulah membuat saya cukup berhati-hati mengetengahkan tentang setiap bantuan kecuali perlu saja. Saya juga tidak mudah berbagi post atau berkontribusi jika tidak turun ziarah walau berjela ayat sedih dalam kotak pesan.
Dan malam itu, saya tidak bisa tidur nyenyak karena membayangkan bagaimana dia memerankan semua itu untuk menyakinkan Ustaz Hamdi. Sungguhlah benar kata bidalan, 'Lidah memang tidak bertulang'.
Sumber: – Natipah Abu
0 comments:
Post a Comment